no copas

Jumat, 18 Juni 2010

Yesus Lembut Tapi Tidak Lemah

Lembut Tapi Tidak Lemah



Banyak orang memiliki sifat kelembutan, itu bagus, sebab kelembutan merupakan salah satu sifat yang terpuji karena didalamnya mengandung nilai kebajikan yang tinggi, bila dinyatakan dengan benar, namun seringkali kelembutan disalah mengerti dan disalah fungsikan sehingga mengaburkan makna yang sebenarnya, seharusnya membawa nilai kebaikan malah sebaliknya dapat mendatangkan kelemahan.

Mereka yang memiliki sifat dan sikap kelembutan memiliki tujuan yang murni dan tidak pernah menyangka apalagi sampai berharap sifat mereka tersebut dapat mengakibatkan kelemahan yang serius. Pada kenyataannya sering sekali sikap lemah-lembut berubah menjadi sikap yang lemah, dimana lembutnya tidak kelihatan lagi. Bagi beberapa pribadi yang melihat sikap lembut didalam diri seseorang sebagai sikap yang lemah, akan memanfaatkan kesempatan itu untuk kepentingan-kepentingan pribadi atau supaya mereka dapat bertindak sesuka hatinya. Mereka beranggapan dan berpikir bahwa orang lembut itu adalah orang yang lemah yang tidak memiliki pengaruh atau power yang bisa dian dalkan dalam menentukan pilihan maupun dalam mengambil suatu keputusan.

Kecenderungan persepsi seperti ini tidak selalu muncul dari orang lain yang bermaksud memanfaatkan orang-orang ‘Lembut’ ini saja, melainkan dari diri mereka yang nota-bene memiliki sifat lembut, persepsi seperti itu juga ada. Mereka sendiri membuat standar bagi dirinya dan mendefenisikan sikap lembut itu sebagai suatu perangai yang budi pekertinya halus dan manis budi bahasanya, selalu berusaha untuk membuat orang senang, puas, sekalipun sering sekali beresiko untuk kompromi dengan hal-hal yang tidak benar akibat hanya karena menjaga perasaan orang, dengan sendirinya ini sudah memberi kesempatan dan cela kepada pihak opurtunis untuk memanfaatkannya.


Lembut itu mengandung kekuatan

Didalam kitab bilangan 12:3 dikatakan demikian “Adapun Musa ialah seorang yang sangat lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang diatas muka bumi.” Bukan berarti Musa orang yang lemah atau lunak, ia tetap memiliki dan menerapkan ketegasan didalam kepemimpinannya.

Ia bersedia menanggung kesalahan dan dosa bangsa Israel walaupun itu merugikan dirinya, tanpa mempersalahkan siapapun atau menuding orang lain. Itu membuktikan kelembutannya dan bukan menandakan sikap yang lemah, sebab hanya orang lembutlah yang bisa bersikap seperti itu.

Yesus sendiri mengajarkan dan mempraktekkan kelembutan dalam organisasi yang di pimpin-Nya (organisasi Yesus adalah organisasi kerajaan Allah). Sikap lembut-Nya bukanlah sikap yang lemah melainkan suatu sumber kekuatan yang luar biasa besar dan dampaknya dapat dirasakan.seperti apa yang disampaikan-Nya di dalam Matius 5:5:

Berbahagialah orang yang lemah lembut karena mereka akan mewarisi bumi.

Sifat dan sikap kelemah-lembutan yang diajarkan dalam ayat ini, jelas bukan menunjukan bahwa lembut itu lemah melainkan melalui ayat ini, Yesus mau menyatakan kelembutan itu mengandung dan memancarkan kekuatan yang dahsyat. Ayat tersebut menjelaskan bahwa orang-orang yang memiliki kelemah-lembutanlah yang dapat mewarisi bumi. Bila sikap lembut disini identik dengan sikap lemah, bagaimana mungkin orang-orang yang kondisinya lemah bisa mewarisi bumi dan memiliki bumi. Itu omong kosong.
Untuk mendapatkan dan memiliki sesuatu yang sederhana saja, orang memerlukan power atau kekuatan memadai yang menyertainya, apalagi untuk mewarisi dan memiliki bumi, dimana segala sesuatu ada didalamnya, tentulah orang harus memiliki power yang maha dahsyat dan itu hanya ditemukan di dalam diri orang-orang yang lembut.

Atau ketika kita membaca dalam Matius 11:28-30 dimana Yesus berkata:

Marilah kepada-Ku semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadamu.pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.

Bila maksud ayat ini lembut identik dengan sikap lemah, tidaklah mungkin orang-orang yang berbeban berat dan letih lesu yaitu mereka yang sarat dengan segala beban dan berbagai permasalahan mau datang kepada Yesus dan bisa medapat kepuasan dan keleegaan. Tetapi karena di dalam kelembutan Yesus ada kekuatan, itu yang membuat mereka mau datang kepada-Nya.


Kesanggupan untuk menangung banyak hal

Kelembutan yang dimiliki Yesus sekalipun itu mengandung kekuatan yang maha dahsyat, tidak disalahgunakan-Nya untuk melakukan perbuatan ataupun tindakan yang sewenang-wenang atau sebagai alat pelampiasan balas dendam terhadap tindakan kekerasan yang sudah diperbuat para lawan-Nya kepada-Nya, juga bukan untuk menindas atau menekan para pengikut-Nya, melainkan itu adalah suatu kasih karunia supaya Ia memiliki kesanggupan untuk menanggung banyak perkara yang dihadapi-Nya secara langsung ataupun tidak langsung,baik dari luar yaitu mereka yang memusuhi-Nya maupun dari dalam yaitu para pengikut-Nya

Puncak kelembutan Yesus sebagai pemimpin ditunjukan-Nya pada saat ia mau disalibkan, yaitu ketika Ia diperhadapkan kepada orang-orang yang memusuhi-Nya, yang menginginkan kematian-Nya. Ia diludahi, dipukuli, dicambuk, tetapi Yesus tidak melawan, bahkan ketika Ia diminta untuk membela diri-Nya, Ia tidak memberi pembelaan. Ini bisa diperbuat Yesus bukanlah bentuk sikap dan sifat lembut dari penampilan luar, melainkan itu terpancar dari dalam diri-Nya yaitu dari batin-Nya yang terdalam yang sepenuhnya sudah dipenuhi dengan nilai-nilai kelembutan.

Sebenarnya dari bahasa aslinya yaitu bahasa Yunani, kata yang dipakai untuk lemah lembut adalah kata benda Prautes dan kata sifat Praus; yang lebih menunjukan pada sikap batin, yang tentu saja sudah diperbaharui oleh kuasa Roh Kudus.

Sifat dan sikap lembut tapi tidak lemah inilah yang sangat memukau dan mengesankan semua orang dan pada akhirnya menjadi contoh terbaik yang harus diteladani dari kepemimpinan-Nya.